• PARADIGMA PENDIDIK



    PARADIGMA PENDIDIK
    Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Terstruktur pada Mata Kuliyah Paradigma dan Konsep Pendidikan Islam

    Dosen Pembimbing :
    Dr.H.Asep Ahmad Fathurrohman, Lc, M.Ag


    logo-Uninus


    Oleh :
    Tata Sunarta, S.Pd.I



    PROGRAM MAGISTER S2
    UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
    BANDUNG
    2013




    PENDAHULUAN
    A.           Latar Belakang
    Segala puji hanya milik Allah Swt. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya dan memohon ampunan kepada-Nya. Shalawat serta Salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang lurus hingga hari kiamat.
    Sebagai suatu sistem, pendidikan memiliki sejumlah komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Komponen pendidikan tersebut antara lain, komponen kurikulum, guru, metode, sarana prasarana, dan evaluasi. Dari sekian komponen pendidikan tersebut, guru (pendidik) merupakan komponen pendidikan terpenting, terutama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. Dalam kaitan ini Mochtar Buchori mengatakan,” bahwa yang akan dapat memperbaiki situasi pendidikan pada akhirnya berpulang dari paradigma guru (pendidik) yang sehari-hari bekerja dilapangan,” bukan hanya berkaca dari pendidik saja tapi bagaimana kita melihat paradigma peserta didik (perannya dalam dunia pendidikan).
    Dengan keadaan perkembangan masyarakat, maka mendidik merupakan tugas berat dan memerlukan seseorang yang cukup memiliki kemampuan yang sesuai dengan jabatan tersebut. Mendidik adalah pekerjaan yang profesional yang tidak dapat diserahkan kepada sembarang orang.
    Guru atau pendidik adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik. Menurut Abdul Wahab Rosyidi dan Umi Machmudah (2008), orang yang disebut Guru adalah orang yang mempunyai kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru sosok garda terdepan dalam membangun dan menciptakan sumber daya manusia . Setiap hari pada saat proses pembelajaran, guru berhadapan langsung dengan peserta didik, sehingga di tangan guru, siswa diharapkan meningkat kualitas akademik, skill, kematangan emosional, serta moral spiritual. Oleh karena itu, dunia pendidikan Indonesia sangat membutuhkan sosok pendidik yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya.

    B.            Rumusan Masalah
    1.      Apakah arti Paradigma menurut Bahasa(etimologi) dan Istilah(terminologi)
    2.      Apakah pengertian pendidik(guru)
    3.      Bagaimanakah tugas dan peranan pendidik

    C.           Tujuan
    1.      Untuk mengetahui arti paradigm baik secara bahasa ataupun menurut istilah
    2.      Untuk memahami pengertian Pendidik(guru)
    3.      Untuk mengetahui tugas dan peranan guru dalam mengemban tugasnya

    D.           Manfaat

    Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah agar pendidik melaui pemahaman akan fungsi tugas dan perannya bisa meningkatkan kemampuan mendidik atau mengajar terhadap anak didiknya serta mampu mengembangkan potensi diri peserta didik, mengembangkan kreativitas dan mendorong adanya penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif, sehingga para siswa mampu bersaing dalam masyarakat global.



    PEMBAHASAN
    PARADIGMA PENDIDIK

    A.           Pengertian Paradigma
    Secara etimologis paradigma berarti model teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir. Sedangkan secara terminologis paradigma berarti pandangan mendasar para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Atau dalam pengertian lain paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum yang merupakan suatu sumber nilai. Konsekuensinya hal itu merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter asumsi-asumsi itu sendiri. Sebagaiman contoh paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.
             Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik). Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang – mengenai realita – dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu. Terkait dengan Paradigma Pendidik adalah cara pandang pendidik (guru) terhadap diri dan lingkungannya berdasarkan asumsi-asumsi nilai yang diterapkan dalam mendidik atau mentransper ilmu pengetahuan kepada yang dididik agar mengasilkan nilai-nilai yang baik sesuai harapan.
     Dalam kamus besar bahasa Indonesia paradigm diartikan kerangka berpikir (KBBI, 1999:648). Kerangka berpikir dapat diartikan sebagai pola berpikir. Makna paradigma kemudian berkembang dalam pemakaian sehari-hari. Perkembangan makna itu menjadi pola pikir dan pola tindak.  Dalam konteks ini, paradigma diartikan secara operasional sebagai pola berpikir dan bertindak.1  Sedangkan menurut Soetrisno menukil ungkapan Nasim Butt (1996) Paradigma merupakan teori-teori yang berhasil secara empiris yang pada mulanya diterima dan dikembangkan dalam sebuah tradisi penelitian sampai kemudian ditumbangkan oleh paradigma yang lebih progresif secara empiris.2
    Paradigma ini dicanangkan oleh Rene Descartes (1596-1650) dan Isaak Newton (1642-1727). Penggunaan istilah paradigma dalam frase “paradigma Cartesian-Newtonian” mengacu kepada pengertian generik yang diturunkan oleh Thomas Kuhn, yang dalam masterpiece-nya The structure of Scientific Revolutinons (1970) Kuhn menggunakan istilah paradigma untuk banyak arti, seperti matriks disipliner, model, atau pola berpikir, dan pandangan-dunia kaum ilmuwan. Namun pengertian umum yang lebih banyak dipakai paradigma berarti seperangkat asumsi-asumsi teoritis umum dan hukum-hukum serta teknik-teknik aplikasi yang dianut secara bersama oleh para anggota suatu komunitas ilmiah.3
    ----------------------------------------------------
    1.     Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Ed. I. ( Cet.III; Jakarta: Gramedia, 2002) hlm 1097
    2.     Soetrisno dan SRDm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan metodologi Penelitian, Ed.I.9Yogyakarta: Cv. Andi offset, 2007). hlm. 32
    3.     Heriyanto Husain, M. Hum,  Paradigma Holistik Dialog Filsafat, Sains,dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead, (Cet; Jakarta Selatan: Teraju, 2003), h. 28.

    Istilah paradigma dalam frase paradigma Cartesian-Newtonian digunakan dalam makna yang lebih luas yang tidak hanya berlaku pada komunitas ilmiah melainkan bekerja pada masyarakat modern umumnya. Paradigma dalam hal berarti  suatu pandangan-dunia (world vieu) atau cara pandang yang dianut secara pervasif dan terkandung di dalamnya asumsi-asumsi ontologis dan epistemologis tertentu, visi realitas, dan sistem nilai. Selanjutnya Paradigma Cartesian-Newtonian mengandung dua komponen utama, yaitu prinsip-prinsip dasar dan kesadaran intersubjektif. Prinsip-prinsip dasar itu adalah asumsi-asumsi teoritis yang mengacu kepada sistem metafisis, ontologis, dan epistemologis tertentu. Sedang kesadaran intersubjektif adalah kesadaran kolektif terhadap prinsip-prinsip dasar itu yang dianut secara bersama sedemikian sehingga dapat melangsungkan komunikasi yang memiliki frame of reference yang sama. Misalnya, konsep ‘maju’ (progress) yang sesuai dengan paradigma Cartesian-Newtonian adalah bertambahnya kepemilikan dan pengusaan manusia terhadap alam. Pengertian konsep ‘maju’ seperti itu telah menjadi kesadaran kolektif yang memungkinkannya komunikasi berlangsung antar manusia modern sedemikian, sehingga bangsa yang mampu mengeksploitasi alam melalui industri disepakati untuk digolongkan sebagai bangsa maju atau Dunia Pertama4


    ----------------------------------------------
    4.     Heriyanto Husain, M. Hum,  Paradigma Holistik Dialog Filsafat, Sains,dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead, (Cet; Jakarta Selatan: Teraju, 2003), hlm. 29.


    Paradigma pendidik, dengan demikian adalah pola berpikir dan pola bertindak  dalam pendidikan. Pola berpikir dan pola bertindak itu menyangkut dengan sikap, prilaku, dan tindakan dalam pelaksanaan  pendidikan. Jadi, paradigma  pendidik adalah “pola berpikir dan bertindak  dalam memandang, menyikapi, dan melaksnakan pendidikan”. Pola berpikir dan pola bertindak itu ditujukan kepada setiap anggota masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan. Salah satu di antaranya yang berkepentingan itu adalah pendidik.  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, pasal 1, ayat (6) menyatakan, “ Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan”. Guru termasuk pendidik. Undang-undang yang dikutip di atas menegaskan bahwa guru adalah pendidik, bukan pengajar. Oleh karena itu, guru seyogianya memiliki paradigma pendidikan. Guru memiliki pola berpikir dan pola bertindak dalam memandang, menyikapi, dan melaksanakan pendidikan. Untuk dapat memiliki pola berpikir dan pola betindak seperti itu, guru sangat perlu memahami konsep pendidikan dan konsep tugas-tugas  guru pada masa pendidikan itu.5  Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan kurangnya pemahaman guru terhadap tugas-tugasnya yang sudah menjadi kewajiban, khususnya tugas di kelas yang berhubungan dengan proses pembelajaran, yang merupakan kunci keberhasilan tercapainya tujuan, serta terbentuknya kompetensi peserta didik. Pada dasarnya, dalam proses pembelajaran, guru seyogyanya mampu berkomunikasi dengan seimbang dan multi arah, menggunakan bahasa yang akrab sebagai contoh bagi siswa, bersahabat, luwes, ramah, serta lugas.6
    -----------------------------------------------
    5.     http://www.zulkarnaini.net/tugas-guru-dalam-paradigma-baru-pendidikan.html(diunduh hari selasa 5-11-2013 jam 08:22)
    6.     Moh.Miftahussirojuddin, bagaimana merubah paradigm peran pendidik( Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 16-17
    B.            Pengertian Pendidik (guru)
    Pendidik atau Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik. Menurut Abdul Wahab Rosyidi dan Umi Machmudah (2008), orang yang disebut Pendidik atau Guru adalah orang yang mempunyai kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Pendidik merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan kualitas pendidikan. Pendidik atau Guru sosok garda terdepan dalam membangun dan menciptakan sumber daya manusia . Setiap hari pada saat proses pembelajaran, pendidik  berhadapan langsung dengan peserta didik, sehingga di tangan pendidik, siswa diharapkan meningkat kualitas akademik, skill, kematangan emosional, serta moral spiritual (Kunandar; 2007). Oleh karena itu, dunia pendidikan Indonesia sangat membutuhkan sosok pendidik yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Guru adalah kurikulum berjalan, sebaik apapun kurikulum, tanpa didukung dengan kualitas seorang pendidik yang memenuhi syarat, maka semua jadi sia-sia. Guru adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal (Thoifuri; 2008). Realitas menunjukkan bahwa dari sekian jumlah guru yang ada di Indonesia, mayoritas mutunya masih dikatakan memprihatinkan. Saat proses pembelajaran masih banyak yang menggunakan metode convensional, pendekatan verbal, serta strategi yang monoton, sehingga hasil (out-put) bisa kita lihat dalam dua tahun terakhir, semakin menurunnya nilai UN. Lembaga pendidikan seakan hanya mengejar pada nilai hasil UN yang baik, tanpa mempedulikan perbaikan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Jika paradigma guru sebagai pemroses pembelajaran belum diperbaharui, maka hasil mutu pendidikan dalam jangka beberapa tahun lagi akan semakin menurun dan semakin jauh ketinggalan dengan negara-negara tetangga. Dunia pendidikan di negara-negara berkembang mulai berkompetensi meningkatkan kualitas pendidikan negaranya masing-masing. Negara-negara tetangga tersebut mulai merubah paradigma guru menuju kepada perubahan yang lebih profesional dengan memperhatikan kinerja para tenaga pendidik serta memberikan kesejahteraan sesuai dengan performance-nya..7
    Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, pelatihan, dan masyarakat/organisasi.8 Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.9 Pendidik membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari. pendidik sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan teknologi, sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman, untuk itu pendidik harus mengembangkan propesinya secara propesional, sehingga tugas pendidik atau guru masih tetap diperlukan sepanjang hayat.
    -------------------------------------------------
    7.     http://www.zulkarnaini.net/tugas-guru-dalam-paradigma-baru-pendidikan.html(diunduh hari selasa 5-11-2013 jam 08:22)
    8.     http://www.vhariss.wordpress.com/2009/11/06/peran-dan-fungsi-guru.html ,(diunduh rabu 27-11-2013 jam 11:10 wib)
    9.     Syamsudin  Makmun,  Abin. 1999. Psikologi Pendidikan.( Bandung : Remaja Rosdakarya) hlm.26
    C.           Tugas dan peranan Pendidik
    Pendidik atau Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas pendidik sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas pendidik dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan pendidik hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Pendidik adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret pendidik atau guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" pendidik  di tengah-tengah masyarakat.10
    Berdasarkan uraian diata ada tiga tugas pokok Pendidik secara garis besar. Ketiga tugas pokok pendidik itu adalah mendidik, mengajar, dan melatih (dikjartih). Kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih akan berjalan selaras. Pada saat mendidik, kegiatan mengajar dan melatih juga berlangsung. Pada saat mengajar, kegiatan mendidik dan melatih juga demikian. Begitulah seterusnya. Jadi ketiga tugas pokok itu tidak berlangsung secara terpisah-pisah dan terpilah-pilah.11
    ----------------------------------------------
    11. Zulkarnaini, Tugas guru dalam paradigm a baru pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, cet II Thn 2008) hlm 49

    Oleh karena itu, kepiawaian pendidik dalam menyelenggarakan ketiga tugas itu sekaligus sangatlah dibutuhkan. Ada tiga ranah yang ingin dicapai dengan ketiga tugas pokok pendidik itu. Jika pendidik sedang mendidik, ranah yang ingin dicapainya ialah ranah afektif (sikap). Melalui pendidikan, pendidik menanamkan sikap dan nilai-nilai dasar kepada anal didiknya. Jika pendidik sedang mengajar, ranah yang ingin dicapainya adalah ranah koginitif (pengetahuan). Melalui pengajaran, pendidik menanamkan konsep-konsep keilmuan kepada siswanya. Jika pendidik melatih, ranah yang ingin dicapainya adalah ranah psikomotorik (keterampilan). Melalui pelatihan, pendidik membekali anak didiknya  dengan keterampilan dasar yang dapat dikembangkan. Pembekalan siswa dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan perlu dikembangkan. Pemerolehan siswa perlu dikembangkan terus-menerus. Pada saatnya, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimilikinya dapat direfleksikannya dan kebiasaan berpikir dan bertindak. Membimbing siswa hingga mengamalkan ilmu, menerapkan sikap, dan menggunakan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, adalah tugas pengembangan dari dikjartih. Siswa yang telah berhasil memadukan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dan diwujudkannya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, siswa tersebut telah dapat dikatakan berkompetensi. Draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) menyatakan, “Kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai-nilai dasar yang diwujudkan atau direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan betindak”12.
    Dengan demikian, tugas pendidik adalah membentuk  manusia yang berkompetensi. Manusia yang berkompetensi adalah manusia yang mengamalkan ilmunya, menerapkan sikapnya, dan menggunakan keterampilannya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.13
    --------------------------------------
    12. http://www.distaviris.blogspot.com/2011/04/09/peran-pendidik-dalam-proses-belajar-mengajar.html,(diunduh rabu 27-11-2013 jam 11:10 wib)
    13. Zulkarnaini, Tugas guru dalam paradigm a baru pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, cet II Thn 2008) hlm 52
    Beberapa peran yang harus diperhatikan pendidik atau guru pada saat ini menurut Kunandar (2007) adalah sebagi berikut;
    1. Tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi harus selalu mengembangkan dan memberdayakan dirinya secara kontinyu dalam penguasaan kompetesinya dengan pro-aktif mengikuti berbagai kegiatan; menurut Ah. Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah (2009), guru hendaknya senantiasa mengembangkan kepribadian keguruannya untuk menyempurnakan penguasaan terhadap berbagai kompetensinya di bidang keguruan yang kian terus berkembang.14
    2. Mampu menyusun dan melaksanakan multi strategi dan model pembelajaran yang PAIKEM GEMBROT(Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot), yang dapat menggairahkan motivasi belajar siswa; Menurut DR. Syaiful Sagala (2006), Guru yang tidak mengenal berbagai ragam model/metode pembelajaran dan aplikasinya, jangan diharap akan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya.15
    3. Dominasi guru dalam pembelajaran harus dikurangi, sehingga dapat memberi kesempatan siswa untuk bereksplor diri, berani tampil, kreatif, dan mandiri (belajar mandiri adalah upaya individu secara otonomi untuk mencapai kemampuan akademis). Manfaat Belajar mandiri menurut Martinis Yamin (2007) adalah memupuk tanggung jawab, meningkatkan ketrampilan, memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir kreatif dan kritis, percaya diri, serta menjadi guru bagi dirinya sendiri);16
    -----------------------------------------
    14. Kunandar. Guru profesional, Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. Rajagrafindo Persada. Thn 2007, hlm 99
    15. Syaiful Sagala.  Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Thn 2006, hlm 28
    16. Martinis Yamin. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press. Thn 2006, hlm 66



    1. Mampu memodifikasi dan memperkaya bahan/sumber pembelajaran, sehingga siswa mendapatkan sumber yang bervariasi. Guru bisa menggunakan prinsip ”Alam Takambang Jadi Guru” (I Wayan, AS: 2010), yaitu memanfaatkan alam sekitar menjadi sumber pembelajaran; paradigma lama yang masih mayoritas dilakukan guru dalam mengembangkan sumber pembelajaran, selama ini masih banyak yang hanya mengandalkan buku-buku yang ada di sekolah, seperti, LKS dan sebagainya, padahal masih banyak sekali sumber lain yang bisa dijadikan  bahan untuk kegiatan pembelajaran, alam sekitar, para tokoh ahli, peristiwa nyata/fakta, internet, dan sebagainya, sehingga peserta didik  diantaranya; lingkungan juga akan bertambah wawasannya.17
    2. Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi yang menyenangkan;18
    3. Mengikuti perkembangan IPTEK yang mutakhir supaya memiliki wawasan lebih luas, dan tidak tertinggal informasi;19
    4. Mampu menjadi tauladan (uswah) bagi peserta didik dan masyarakat luas dalam berbagai segi; Guru harus menjadi contoh/teladan sesuai dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara “Ing ngarsa sung tulada”. Keteladanan merupakan cara yang paling ampuh dalam mengubah perilaku inovasi seseorang (Abdul Majid, 2006).20
    5. Mempunyai visi ke depan dan mampu membaca tantangan zaman sehingga siap menghadapi perubahan dunia dengan selalu mengembangkan kecakapan dan kesiapan yang baik.21
    ------------------------------------------------------------------------
    17. I Wayan,  8 Standar Nasional Pendidikan. Az-Zahra Book’s8,thn 2010,hlm 70
    18. Ibid, Op.Cit,  hlm 70
    19. Ibid, Op.Cit,  hlm 70
    20. Abdul Majid, . Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya thn 2006, hlm 121
    21. I Wayan,  8 Standar Nasional Pendidikan. Az-Zahra Book’s8,thn 2010,hlm 70
    Diatas merupakan kesiapan para tenaga pendidik dalam mengahadapi tantangan problematika pendidikan, sedangkan pendidikan adalah sistem yang terdiri dari beberapa sub-sistem. Lembaga pendidikan dikatakan telah siap menghadapi problematika pendidikan adalah lembaga pendidikan yang memiliki ciri-ciri diantaranya ;
    1. Kepala sekolah/madrasah yang dinamis dan komunikatif dengan kemerdekaan memimpin menuju keunggulan pendidikan,
    2. Memiliki visi, misi, dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas;
    3. Para tenaga pendidiknya kompeten dan berjiwa kader yang senantiasa bergairah dalam melaksanakan tugas profesionalnya; mengajar bukan hanya sekedar menunaikan tugasnya, tetapi lebih dari itu
    4. Siswa-siswinya sibuk, bergairah, dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku pembelajaran;
    5. masyarakat dan orang tua yang berperan serta dalam menunjang pendidikan.

    Dalam hal ini, koordinasi pihak lembaga pendidikan dengan lingkungan atau para orangtua peserta didik sangat dibutuhkan dan perlu ditingkatkan. Hal hal ini dilakukan karena kesempatan para pemangku pendidik yang berada dilingkungan formal sangat terbatas waktunya. Selepas dari lembaga pendidikan, waktu terbanyak dialami para peserta didik di rumah atau di lingkungan masing-masing, sehingga jika tanpa koordinasi yang kuat, maka pengawasan terhadap anak didik pada saat di rumah dikhawatirkan mengalahkan karakter yang telah diberikan para pendidik selama waktu efektif belajar.22
    --------------------------------------
    22. Moh.Miftahussirojuddin, bagaimana merubah paradigm peran pendidik( Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 76-77

    KESIMPULAN DAN SARAN
    A.           Kesimpulan
    Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
    1. Peran guru sebagai demonstrator dalam PBM guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

    2.  Dalam kapasitasnya sebagai penglola kelas, seorang guru dituntut untuk bisa menjadikan suasana kelas menjadi kondusif sehingga proses belajar mengajara atau penyampaian pengetahuan dari guru ke murid atau proses pertukaran ilmu dan pengetahuan diantara siswa yang satu dengan yang lainnya bisa berjalan dengan baik.
    3. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar.
    4. Setiap kegiatan belajar mengajar hendaknya guru senantiasa melakukan evaluasi atau penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

    B.            Saran
    Untuk tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga berorientasi pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar dari lingkungan dari pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan luasnya hamparan alam, sehingga dengan pementapan adanya tugas dan peran guru dalam dunia pendidikan khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan guru dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik dan diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan para peserta didiknya sehingga harapan tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan.





















    DAFTAR PUSTAKA

    ·           1. Bagus, Lorens Kamus Filsafat, Ed. I. ( Cet.III; Jakarta: Gramedia, 2002)
    ·           2.Soetrisno dan SRDm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan metodologi Penelitian, Ed.I.9Yogyakarta: Cv. Andi offset, 2007)
    ·           3.Husain Heriyanto,  Paradigma Holistik Dialog Filsafat, Sains,dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead, (Cet; Jakarta Selatan: Teraju, 2003)
    ·           4.http://www.zulkarnaini.net/tugas-guru-dalam-paradigma-baru-pendidikan.html(diunduh hari selasa 5-11-2013 jam 08:22)
    ·           5.Miftahussirojuddin Moh, bagaimana merubah paradigm peran pendidik( Jakarta: Erlangga, 2006)
    ·           6.http://www.vhariss.wordpress.com/2009/11/06/peran-dan-fungsi-guru.html ,(diunduh rabu 27-11-2013 jam 11:10 wib)
    ·           7.Makmun Syamsudin  Abin. 1999. Psikologi Pendidikan.( Bandung : Remaja Rosdakarya)
    ·           8.H. Emil Rosmali, Tugas dan Peran Guru, http://www.alfurqon.orid/index.php?option=com_content&task=view&id=58&intermid=110
    ·           9.Zulkarnaini, Tugas guru dalam paradigma baru pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, cet II Thn 2008)
    ·           10.http://www.distaviris.blogspot.com/2011/04/09/peran-pendidik-dalam-proses-belajar-mengajar.html,(diunduh rabu 27-11-2013 jam 11:10 wib)
    ·           11.Kunandar. Guru profesional, Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. Rajagrafindo Persada. Thn 2007.
    ·           12.Sagala.Syaiful.  Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Thn 2006.
    ·           13.Yamin Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press. Thn 2006.
    ·           14. Wayan I,  8 Standar Nasional Pendidikan. Az-Zahra Book’s8,thn 2010,
    ·           15.Majid Abdul.  Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya thn 2006,
























  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Laman

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.